BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Dakwah merupakan kewajiban yang senantiasa harus dilakukan oleh umat muslim. Umat muslim akan mendapatkan predikat khoiru ummah jika amar ma’ruf nahyi munkar merupakan perbuatannya. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam berdakwah, dakwah tidak hanya berceramah melainkan banyak metode dakwah yang lain seperti dakwah bil kitabah dan dakwah bil haal. Meskipun banyak cara yang ditempuh dalam berdakwah bukan berarti dakwah tidak menuai masalah. Banyak permasalahan yang berkaitan dengan dakwah sehingga dakwah tidak kena sasaran, tidak efektif dan kurang efisien.
Gambaran dari permasalah itu dapat kita saksikan di depan mata, setiap hari tindak kejahatan ,tindakan asusila seperti mabuk-mabukan, judi, aborsi pemerkosaan dan sebagainya seolah-olah menjadi sarapan, makan siang dan makan sorenya manusia. Bahkan bukan itu saja kesan tidak menariknya dakwah yang selama ini ada dapat menjadi maasalah dakwah yang akan berujung pada sifat apatis dari masyarakat. Kejenuhan dari dakwah semakin terasa. Hal ini ditandai dengan lengangnya majlis-majlis taklim dan pengajian, apalagi jika melihat pada generasi muda. Generasi muda sekarang sedang sibuk dengan kehidupan hedonisnya.
B. Permasalahan
Dari latar belakang diatas, maka akan timbul beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun permaslahannya adalah sebagai berikut:
1. Apa dan bagaimana pengertian strategi dakwah?
2. Bagaimana dakwah agar efektif dan efisien?
3. Siapa saja yang menjadi sasaran dakwah?
BAB II PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN STRATEGI DAKWAH
Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan"[1]. Secara bahasa dakwah adalah النداء و الطلب (panggilan dan tuntutan dan permintaan). Sedangkan menurut istilah ibnu taimiyah berkata:
الدعوة إلى الله هي الدعوة إلى الإيمان به و بما جاءت به رسله بتصديقهم فيما أخبروا به و طاعتهم فيما أمروا[2]
“Dakwah adalah mengajak iman kepada Allah dan kepada apa-apa yang telah dibawa oleh rasul Nya dengan membenarkan berita-beritanya dan taat terhadap apa yang diperintahkan”.
Dari definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa strategi dakwah adalah suatu cara atau rencana yang dilakukan untuk mencapai tujuan dakwah. Adapun tujuannya: hanya untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini[3].
B. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI DAKWAH
Kata efisien mengacu kapada bagaiman seseorang menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai hasil maksimal, sedang keefektifan dakwah adalah studi tentang keluaran (output). Dalam ini, seorang dai harus mengerti dan mengetahui perkembangan perjalanan dakwah. Sehinhgga Sebuah dakwah tidaklah semerta-merta dilakukan, perlu ada strategi agar sebuah dakwah efektif dan efisien. Disinilah kelebihan seorang dai yang bisa mencermati apa yang dilakukannya, artinya perlu sebuah pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam berdakwah, para juru dakwah harus mengetahui apakah sumber daya yang ada seperti kemampuan dai, strategi yang dipakai, dan fasilitas sudah maksimal penggunaannya dalam dunia dakwah? Seperti apa hasil (output) yang diperoleh dari sekian lama dia berdakwah? Setelah dai menjawab dua pertanyaan tersebut, maka seorang dai harus melakukan evalusi. Mengapa diperlukan proses evaluasi dalam berdakwah, karena dengan evaluasi para dai akan mengerti apa kendala-kendala yang ada sehingga mereka akan mengadakan perbaikan-perbaikan.
C. STRATEGI PRAKTIS DAKWAH
Pada pembahasan di atas sudah disinggung mengenai strategi dalam berdakwah, pada dasarnya strategi dakwah merupakan suatu kretaivitas seorang da’I dalam menyampaikan materi kepada masyarakat. Pengetahuan mengenai strategi dakwah merupakan sesuatu yang sangat vital yang harus diketahui oleh para da’I karena cara menyampaikan yang baik akan menghasilkan hasil yang optimal. Maka dalam menghadapi masyarakat yang beragam, tentunya seorang da’i harus bisa membawakan metode, tehnik yang sesuai dengan keadaan masyarakat tersebut. Di bawah ini adalah dasar-dasar yang harus diketahui oleh para da’i agar bisa mengembangkan kreatifitas dalam menyampaikan materi dakwah:
1. Modal public speaking
Seorang da’I tentunya adalah seorang public speaker yang untuk itu harus memilki dan menguasai kelengkapan-kelangkapan tertentu walaupun bukan syarat yang mutlak. Modal ini dapat diolah dengan baik akan menghasilkan dahsyat dan luar biasa. Sebagai contoh perhatian terhadap masalah suara. Suara merupakan persyaratan mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar. Seorang da’I harus bisa mengatur suaranya, memilih kata-kata yang tepat, dan menggunakan aksentuasi kata-kata yang sesuai dengan keadaan. Semuanya merupakan modal yang hanya membuuhkan praktik dan latihan yang terus menerus, bagaimanapun juga seorang da’I yang sudah lama berkecimpung dalam aktifitas dakwah tentu sudah berpengalaman bagaimana cara pengolahan suara yang tepat. Hal lain dari pembahasan public speaking adalah keyakinan diri (self confidence). Keyakinan diri juga merupakan harga yang mutlak dimiliki, karena bagimana seorang dai akan meyakinkan orang kalau dia sendiri tidak memiliki keyakin terhadap dirinya sendiri. Seorang public speaker dalam hal ini akan menyeru orang lain kepada Allah harus benar-benar yakin dengan kemampuan yang ada dan dimilkinya. Modal keyakinan diri inilah sehingga di akan tampil di depan umum dengan menampilkan karakter yang paling sungguh-sungguh.
2. Tehnik menguasai psikologi massa
Teknik menguasai psikologi massa ini bisa diartikan bagaimana seorang pembicara dapat menarik perhatian massa sesuai dengan psikis masing-masing yang berbeda. Kemampuan ini akan menghasilkan ledakan ektase semangat masa yang luar biasa, untuk itu seorang dai harus bisa membaca dan menganalisi keadaan psikis audiensnya karena tentu tidak sama antara keadaan psikis masyarakat biasa dan masyarakat nara pidana misalnya.
3. Tehnik pernafasan
Banyak orang berfikir bahwa pernafasan merupakan siklus alamiah yang tidak memberikan dampak apaun pada fisik sesorang. Padahal dampak dari latihan dan tehnik pernafasan yang baik akan memberikan konstribusi yang sangat positif bagi tubuh kita maupun bagi tampilan fisik seseorang. Teknik pernafasan ini mencakup tiga macam yaitu pernafasan perut, dada, dan gabungan keduanya.
4. Teknik menyusun materi pidato yang menarik
Jam terbang yang tinggi dari seorang dai tidak dapat dihindari ketika si da’I sudah memasuki wilayah dakwah yang serius dan menekuninya. Yang terjadi biasanya karena permintaan dakwah yang demikian tinggi, maka si dai tidak memilki kesempatan yang cukup untuk dapat memperbaiki dan memperbaharui materi dakwahnya sehingga yang sangat sering terjadi adalah repetisi (pengulangan) dan akan sangat parah jika pengulangan meteri itu terjadi di tempat yang sama dengan audiens yang juga sama.
Ada beberapa pendekatan dan metode dalam menyusun materi dakwah (pidato) yang menarik:
o Mengenali masalah
o Penguasaan konsep pemecahan
o Konsisten antara konsep dan perbuatan
o Membuat kerangka acuan
D. LOKASI, WAKTU DAN SASARAN DAKWAH
Pada pembahasan kali ini kami lebih menitik beratkan kepada point sasaran dakwah, karena pembahasan waktu dan lokasi bersifat kondisional. Adapun yang dimaksud dengan sasaran dakwah adalah objek yang akan didakwahi oleh seorang da’I dalam artian kepada siapa sang dai akan memberikan dakwahnya. Secara garis besar sasaran dakwah dapat dibagi kepada dua macam:
1. Masyarakat tradisionalis
Masyarakat tradisonalis dapat didefinisikan sebagi sebuah kelompok yang masih memeluk budaya-budaya lokal secara ketat[4]. Model masyarakat seperti ini dibagi menjadi tiga macam:
a. Tradisionalis agamis
Pada kelompok masyarakat ini, nilai-nilai agama dijadikan patokan utama mengalahkan hukum formal sekalipun. Contoh kelompok masyarakat ini dapat ditemukan pada masyarakat Nangru Aceh Darussalam, sebagian masyarakat di sumatera barat dan beberapa tempat lainnya.
b. Tradisionalis organisatoris
Masyarakat model ini berkembang kuat di hamper seluruh daerah jawa timur. Tradisi nahdiyin menancap erat plus ritual-ritualnya seperti tradisi pembacaan mocopat shalawat, tahlilan, dan lain-lain yang tidak akan kita temukan pada kelompok lain.
c. Tradisionalis budaya
Masyarakat kita memiliki coak kahs masing-masing, namun dalam perkembangan selanjutnya ada yang menjadikan itu semua sebagai patokan utama sehingga hokum adat menjadi sebuah peraturan yang mengalahkan hokum Negara. Misalanya suku anak dalam, mereka masih menganut adat mereka. Disamping itu ada juga yang sudah meninggalkannya secara perlahan-lahan dan sudah terbuka budaya-budaya baru dan asing.
2. Masyarakat modern
Setelahnya membahas tentang masyarakat tradisionalis, maka disini akan diurakan pula masyarakat modern. Masyarakat modern ini terbagi menjadi tiga maan:
a. Modernis agamis
Modernis agamis ini lebih tepat dikategorikan sebagai perubahan fundamental terhadap paradigm beragam. Sedikit banyak kelompok ini dalam aplikasi keberagamaan dipengaruhi oleh tokoh-tokoh pembaharu dan reformer Islam seperti Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad in abdul wahab dan lain-lain yang kesemuanya menawarkan adanya usaha keras untuk melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap ajaran-ajaran Islam yang pada saat ini sudah banyak mengalami deviasi dan distorsi di sana-sini. Kelompok modernis agamis ini lebih mudah dalam menerima perubahan, sehingga tidak terlalu sulit untuk berdakwah pada jalur ini dengan catatan logis dan melalui dilaektika yang ilmiah.
b. Modernis hedonis
Kelompok ini dapat didefinisikan sebagi kelompok yang oerientasinya pada kesengan belaka, hedonistik. Hal ini tidak dapat dipungkiri dari adanya modernisasi yang tidak diimbangi dengan nilai ajaran agama. Kelompok ini akan menimbulkan pengaruh dan ekses social yang sangat membahayakan, yang ditampilkan dalam gaya berbusana, cara bergaul dan lain-lain. Untuk itu salah satu sasaran dan focus dakwah harus diarahkan pada kelompok ini, mengingat hampir Sembilan Sembilan puluh persen masa ini berada pada usia produktif dan masa ini merupakan masa potensial untuk dijadikan regenerasi keberlangsungan dakwah dan kemajuan Islam.
c. Transformatif
Kelompok modernis yang transformative ini sering ditemukan di daerah pedesaan yang berdekatan dengan kota setempat. Perubahan pola gradualistik itu menyangkut pola kehidupan dan gaya berpakaian. Namun keadaannya jauh terkontrol karena masih adanya control budaya dan Agama yang biasanya masih dipegang erat oleh kelompok generasi tuanya. Walaupun demikian, kalau dilepaskan begitu saja kemungkinan terjadinya reduksi moral dan spiritual sama berbahayanya dengan kelompok modernis hedonis.
BAB III
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
A. Kesimpulan
Strategi dakwah adalah suatu cara atau rencana yang dilakukan untuk mencapai tujuan dakwah. Adapun tujuannya: hanya untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini. Dakwah tidaklah semerta-merta dilakukan, perlu ada strategi agar sebuah dakwah efektif dan efisien. Ada beberapa strategi dan teknik yang dapat dilakukan dalam berdakwah terutama dakwah bil lisan diantaranya: menuasai ilmu public speaking, Tehnik menguasai psikologi massa. Agar suara bagus dan dapat membangkitkan audiens maka perlu suara yang pas dan perlu latihan pernafasan. Disamping itu juga sang dai perlu mengetahui cara-cara pembuatan naskah pidato yang baik dengan cara: mengenali masalah, penguasaan konsep pemecahan, konsisten antara konsep dan perbuatan serta membuat kerangka acuan
Disamping itu pula seorang dai harus memperhatikan sasran dakwah agar dakwah dapat menegena dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu pengetahuan tentang tipologi dan model masyarakat maka sang dai diharapkan mampu membawakan dakwah dengan penuh pesona dan menarik untuk diikuti. Adapun model masyakat dapat dipetakan menjadi dua model, pertama masyarakat Tradisional yang terbagi menjadi masyarakat tradisionalis agamis, tradisionalis organisatoris dan tradisionalis budaya. Kedua masyarakat modern yang terbagi menjadi modernis agamis, modernis hedonis dan transformatif.
B. Rekomendasi
1. Dakwah harus senantiasa sesuai dengan zaman, mengikuti perkembangan zaman, fleksibel tetapi inti dakwah tidak hilang.
2. Dakwah tidak hanya melalui ceramah, dakwah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat
3. Seorang dai dituntut memahami ilmu-ilmu yang menunjang bagi keberlangsungan dakwah seperti antropologi, psikologi, sosiologi, public speaking, jurnalistik dan ilmu agama.
DAFTAR PUSTAKA
Ainurrahim dkk, Dasar-dasar retorika dakwah, Yogyakarta, LPPAI UII, 2001, hal 43
Amahjun, Muhammad, Manhaj dakwah Rasululla, Qishti press, Jakarta,2006, hal 320,
Http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/manajemen-stratejik/pengertian-strategi. Pengertian strategi akses tanggal 05 maret 2009
Http://Www.Ipc-Kw.Com/Vb/Showthread.Php?T=2655, تعريف الدعوة, akses tanggal 05 maret 2009
[1] Pengertian strategi, diakses dari http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/manajemen-stratejik/pengertian-strategi. tanggal 05 maret 2009
[2] تعريف الدعوة, diakses dari http://www.ipc-kw.com/vb/showthread.php?t=2655, tanggal 05 maret 2009
[3] Amahjun, Muhammad, Manhaj dakwah Rasululla, Qishti press, Jakarta,2006, hal 320,
[4] Ainurrahim dkk, Dasar-dasar retorika dakwah, Yogyakarta, LPPAI UII, 2001, hal 43