Posted by you

Your Titel

Descriptions here

Ngeblog Offline
Posted by you

Your Titel

Descriptions here

Tab View Slide
Posted by you

Your Titel

Descriptions here

tab view sederhana

Jumat, 20 Maret 2009

Strategi Dakwah

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Dakwah merupakan kewajiban yang senantiasa harus dilakukan oleh umat muslim. Umat muslim akan mendapatkan predikat khoiru ummah jika amar ma’ruf nahyi munkar merupakan perbuatannya. Banyak hal yang dapat dilakukan dalam berdakwah, dakwah tidak hanya berceramah melainkan banyak metode dakwah yang lain seperti dakwah bil kitabah dan dakwah bil haal. Meskipun banyak cara yang ditempuh dalam berdakwah bukan berarti dakwah tidak menuai masalah. Banyak permasalahan yang berkaitan dengan dakwah sehingga dakwah tidak kena sasaran, tidak efektif dan kurang efisien.

Gambaran dari permasalah itu dapat kita saksikan di depan mata, setiap hari tindak kejahatan ,tindakan asusila seperti mabuk-mabukan, judi, aborsi pemerkosaan dan sebagainya seolah-olah menjadi sarapan, makan siang dan makan sorenya manusia. Bahkan bukan itu saja kesan tidak menariknya dakwah yang selama ini ada dapat menjadi maasalah dakwah yang akan berujung pada sifat apatis dari masyarakat. Kejenuhan dari dakwah semakin terasa. Hal ini ditandai dengan lengangnya majlis-majlis taklim dan pengajian, apalagi jika melihat pada generasi muda. Generasi muda sekarang sedang sibuk dengan kehidupan hedonisnya.

B. Permasalahan

Dari latar belakang diatas, maka akan timbul beberapa masalah yang akan dibahas dalam makalah ini. Adapun permaslahannya adalah sebagai berikut:

1. Apa dan bagaimana pengertian strategi dakwah?

2. Bagaimana dakwah agar efektif dan efisien?

3. Siapa saja yang menjadi sasaran dakwah?

BAB II PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN STRATEGI DAKWAH

Strategi adalah rencana jangka panjang dengan diikuti tindakan-tindakan yang ditujukan untuk mencapai tujuan tertentu, yang umumnya adalah "kemenangan"[1]. Secara bahasa dakwah adalah النداء و الطلب (panggilan dan tuntutan dan permintaan). Sedangkan menurut istilah ibnu taimiyah berkata:

الدعوة إلى الله هي الدعوة إلى الإيمان به و بما جاءت به رسله بتصديقهم فيما أخبروا به و طاعتهم فيما أمروا[2]

“Dakwah adalah mengajak iman kepada Allah dan kepada apa-apa yang telah dibawa oleh rasul Nya dengan membenarkan berita-beritanya dan taat terhadap apa yang diperintahkan”.

Dari definisi tersebut dapat diambil suatu pengertian bahwa strategi dakwah adalah suatu cara atau rencana yang dilakukan untuk mencapai tujuan dakwah. Adapun tujuannya: hanya untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini[3].

B. EFEKTIFITAS DAN EFISIENSI DAKWAH

Kata efisien mengacu kapada bagaiman seseorang menggunakan sumber daya yang ada untuk mencapai hasil maksimal, sedang keefektifan dakwah adalah studi tentang keluaran (output). Dalam ini, seorang dai harus mengerti dan mengetahui perkembangan perjalanan dakwah. Sehinhgga Sebuah dakwah tidaklah semerta-merta dilakukan, perlu ada strategi agar sebuah dakwah efektif dan efisien. Disinilah kelebihan seorang dai yang bisa mencermati apa yang dilakukannya, artinya perlu sebuah pengukuran, penilaian, dan evaluasi dalam berdakwah, para juru dakwah harus mengetahui apakah sumber daya yang ada seperti kemampuan dai, strategi yang dipakai, dan fasilitas sudah maksimal penggunaannya dalam dunia dakwah? Seperti apa hasil (output) yang diperoleh dari sekian lama dia berdakwah? Setelah dai menjawab dua pertanyaan tersebut, maka seorang dai harus melakukan evalusi. Mengapa diperlukan proses evaluasi dalam berdakwah, karena dengan evaluasi para dai akan mengerti apa kendala-kendala yang ada sehingga mereka akan mengadakan perbaikan-perbaikan.

C. STRATEGI PRAKTIS DAKWAH

Pada pembahasan di atas sudah disinggung mengenai strategi dalam berdakwah, pada dasarnya strategi dakwah merupakan suatu kretaivitas seorang da’I dalam menyampaikan materi kepada masyarakat. Pengetahuan mengenai strategi dakwah merupakan sesuatu yang sangat vital yang harus diketahui oleh para da’I karena cara menyampaikan yang baik akan menghasilkan hasil yang optimal. Maka dalam menghadapi masyarakat yang beragam, tentunya seorang da’i harus bisa membawakan metode, tehnik yang sesuai dengan keadaan masyarakat tersebut. Di bawah ini adalah dasar-dasar yang harus diketahui oleh para da’i agar bisa mengembangkan kreatifitas dalam menyampaikan materi dakwah:

1. Modal public speaking

Seorang da’I tentunya adalah seorang public speaker yang untuk itu harus memilki dan menguasai kelengkapan-kelangkapan tertentu walaupun bukan syarat yang mutlak. Modal ini dapat diolah dengan baik akan menghasilkan dahsyat dan luar biasa. Sebagai contoh perhatian terhadap masalah suara. Suara merupakan persyaratan mutlak dan tidak bisa ditawar-tawar. Seorang da’I harus bisa mengatur suaranya, memilih kata-kata yang tepat, dan menggunakan aksentuasi kata-kata yang sesuai dengan keadaan. Semuanya merupakan modal yang hanya membuuhkan praktik dan latihan yang terus menerus, bagaimanapun juga seorang da’I yang sudah lama berkecimpung dalam aktifitas dakwah tentu sudah berpengalaman bagaimana cara pengolahan suara yang tepat. Hal lain dari pembahasan public speaking adalah keyakinan diri (self confidence). Keyakinan diri juga merupakan harga yang mutlak dimiliki, karena bagimana seorang dai akan meyakinkan orang kalau dia sendiri tidak memiliki keyakin terhadap dirinya sendiri. Seorang public speaker dalam hal ini akan menyeru orang lain kepada Allah harus benar-benar yakin dengan kemampuan yang ada dan dimilkinya. Modal keyakinan diri inilah sehingga di akan tampil di depan umum dengan menampilkan karakter yang paling sungguh-sungguh.

2. Tehnik menguasai psikologi massa

Teknik menguasai psikologi massa ini bisa diartikan bagaimana seorang pembicara dapat menarik perhatian massa sesuai dengan psikis masing-masing yang berbeda. Kemampuan ini akan menghasilkan ledakan ektase semangat masa yang luar biasa, untuk itu seorang dai harus bisa membaca dan menganalisi keadaan psikis audiensnya karena tentu tidak sama antara keadaan psikis masyarakat biasa dan masyarakat nara pidana misalnya.

3. Tehnik pernafasan

Banyak orang berfikir bahwa pernafasan merupakan siklus alamiah yang tidak memberikan dampak apaun pada fisik sesorang. Padahal dampak dari latihan dan tehnik pernafasan yang baik akan memberikan konstribusi yang sangat positif bagi tubuh kita maupun bagi tampilan fisik seseorang. Teknik pernafasan ini mencakup tiga macam yaitu pernafasan perut, dada, dan gabungan keduanya.

4. Teknik menyusun materi pidato yang menarik

Jam terbang yang tinggi dari seorang dai tidak dapat dihindari ketika si da’I sudah memasuki wilayah dakwah yang serius dan menekuninya. Yang terjadi biasanya karena permintaan dakwah yang demikian tinggi, maka si dai tidak memilki kesempatan yang cukup untuk dapat memperbaiki dan memperbaharui materi dakwahnya sehingga yang sangat sering terjadi adalah repetisi (pengulangan) dan akan sangat parah jika pengulangan meteri itu terjadi di tempat yang sama dengan audiens yang juga sama.

Ada beberapa pendekatan dan metode dalam menyusun materi dakwah (pidato) yang menarik:

o Mengenali masalah

o Penguasaan konsep pemecahan

o Konsisten antara konsep dan perbuatan

o Membuat kerangka acuan

D. LOKASI, WAKTU DAN SASARAN DAKWAH

Pada pembahasan kali ini kami lebih menitik beratkan kepada point sasaran dakwah, karena pembahasan waktu dan lokasi bersifat kondisional. Adapun yang dimaksud dengan sasaran dakwah adalah objek yang akan didakwahi oleh seorang da’I dalam artian kepada siapa sang dai akan memberikan dakwahnya. Secara garis besar sasaran dakwah dapat dibagi kepada dua macam:

1. Masyarakat tradisionalis

Masyarakat tradisonalis dapat didefinisikan sebagi sebuah kelompok yang masih memeluk budaya-budaya lokal secara ketat[4]. Model masyarakat seperti ini dibagi menjadi tiga macam:

a. Tradisionalis agamis

Pada kelompok masyarakat ini, nilai-nilai agama dijadikan patokan utama mengalahkan hukum formal sekalipun. Contoh kelompok masyarakat ini dapat ditemukan pada masyarakat Nangru Aceh Darussalam, sebagian masyarakat di sumatera barat dan beberapa tempat lainnya.

b. Tradisionalis organisatoris

Masyarakat model ini berkembang kuat di hamper seluruh daerah jawa timur. Tradisi nahdiyin menancap erat plus ritual-ritualnya seperti tradisi pembacaan mocopat shalawat, tahlilan, dan lain-lain yang tidak akan kita temukan pada kelompok lain.

c. Tradisionalis budaya

Masyarakat kita memiliki coak kahs masing-masing, namun dalam perkembangan selanjutnya ada yang menjadikan itu semua sebagai patokan utama sehingga hokum adat menjadi sebuah peraturan yang mengalahkan hokum Negara. Misalanya suku anak dalam, mereka masih menganut adat mereka. Disamping itu ada juga yang sudah meninggalkannya secara perlahan-lahan dan sudah terbuka budaya-budaya baru dan asing.

2. Masyarakat modern

Setelahnya membahas tentang masyarakat tradisionalis, maka disini akan diurakan pula masyarakat modern. Masyarakat modern ini terbagi menjadi tiga maan:

a. Modernis agamis

Modernis agamis ini lebih tepat dikategorikan sebagai perubahan fundamental terhadap paradigm beragam. Sedikit banyak kelompok ini dalam aplikasi keberagamaan dipengaruhi oleh tokoh-tokoh pembaharu dan reformer Islam seperti Muhammad Abduh, Jamaludin al-Afghani, Muhammad in abdul wahab dan lain-lain yang kesemuanya menawarkan adanya usaha keras untuk melakukan pemurnian (purifikasi) terhadap ajaran-ajaran Islam yang pada saat ini sudah banyak mengalami deviasi dan distorsi di sana-sini. Kelompok modernis agamis ini lebih mudah dalam menerima perubahan, sehingga tidak terlalu sulit untuk berdakwah pada jalur ini dengan catatan logis dan melalui dilaektika yang ilmiah.

b. Modernis hedonis

Kelompok ini dapat didefinisikan sebagi kelompok yang oerientasinya pada kesengan belaka, hedonistik. Hal ini tidak dapat dipungkiri dari adanya modernisasi yang tidak diimbangi dengan nilai ajaran agama. Kelompok ini akan menimbulkan pengaruh dan ekses social yang sangat membahayakan, yang ditampilkan dalam gaya berbusana, cara bergaul dan lain-lain. Untuk itu salah satu sasaran dan focus dakwah harus diarahkan pada kelompok ini, mengingat hampir Sembilan Sembilan puluh persen masa ini berada pada usia produktif dan masa ini merupakan masa potensial untuk dijadikan regenerasi keberlangsungan dakwah dan kemajuan Islam.

c. Transformatif

Kelompok modernis yang transformative ini sering ditemukan di daerah pedesaan yang berdekatan dengan kota setempat. Perubahan pola gradualistik itu menyangkut pola kehidupan dan gaya berpakaian. Namun keadaannya jauh terkontrol karena masih adanya control budaya dan Agama yang biasanya masih dipegang erat oleh kelompok generasi tuanya. Walaupun demikian, kalau dilepaskan begitu saja kemungkinan terjadinya reduksi moral dan spiritual sama berbahayanya dengan kelompok modernis hedonis.

BAB III

KESIMPULAN dan REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Strategi dakwah adalah suatu cara atau rencana yang dilakukan untuk mencapai tujuan dakwah. Adapun tujuannya: hanya untuk menegakkan agama Allah di muka bumi ini. Dakwah tidaklah semerta-merta dilakukan, perlu ada strategi agar sebuah dakwah efektif dan efisien. Ada beberapa strategi dan teknik yang dapat dilakukan dalam berdakwah terutama dakwah bil lisan diantaranya: menuasai ilmu public speaking, Tehnik menguasai psikologi massa. Agar suara bagus dan dapat membangkitkan audiens maka perlu suara yang pas dan perlu latihan pernafasan. Disamping itu juga sang dai perlu mengetahui cara-cara pembuatan naskah pidato yang baik dengan cara: mengenali masalah, penguasaan konsep pemecahan, konsisten antara konsep dan perbuatan serta membuat kerangka acuan

Disamping itu pula seorang dai harus memperhatikan sasran dakwah agar dakwah dapat menegena dan sesuai dengan apa yang diharapkan. Oleh karena itu pengetahuan tentang tipologi dan model masyarakat maka sang dai diharapkan mampu membawakan dakwah dengan penuh pesona dan menarik untuk diikuti. Adapun model masyakat dapat dipetakan menjadi dua model, pertama masyarakat Tradisional yang terbagi menjadi masyarakat tradisionalis agamis, tradisionalis organisatoris dan tradisionalis budaya. Kedua masyarakat modern yang terbagi menjadi modernis agamis, modernis hedonis dan transformatif.

B. Rekomendasi

1. Dakwah harus senantiasa sesuai dengan zaman, mengikuti perkembangan zaman, fleksibel tetapi inti dakwah tidak hilang.

2. Dakwah tidak hanya melalui ceramah, dakwah disesuaikan dengan kebutuhan masyarakat

3. Seorang dai dituntut memahami ilmu-ilmu yang menunjang bagi keberlangsungan dakwah seperti antropologi, psikologi, sosiologi, public speaking, jurnalistik dan ilmu agama.

DAFTAR PUSTAKA

Ainurrahim dkk, Dasar-dasar retorika dakwah, Yogyakarta, LPPAI UII, 2001, hal 43

Amahjun, Muhammad, Manhaj dakwah Rasululla, Qishti press, Jakarta,2006, hal 320,

Http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/manajemen-stratejik/pengertian-strategi. Pengertian strategi akses tanggal 05 maret 2009

Http://Www.Ipc-Kw.Com/Vb/Showthread.Php?T=2655, تعريف الدعوة, akses tanggal 05 maret 2009



[1] Pengertian strategi, diakses dari http://one.indoskripsi.com/judul-skripsi-tugas-makalah/manajemen-stratejik/pengertian-strategi. tanggal 05 maret 2009

[2] تعريف الدعوة, diakses dari http://www.ipc-kw.com/vb/showthread.php?t=2655, tanggal 05 maret 2009

[3] Amahjun, Muhammad, Manhaj dakwah Rasululla, Qishti press, Jakarta,2006, hal 320,

[4] Ainurrahim dkk, Dasar-dasar retorika dakwah, Yogyakarta, LPPAI UII, 2001, hal 43



Selasa, 10 Maret 2009

blue porno

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Pada saat ini, dimana ledakan informasi telah merasuk ke semua lapisan masyarakat. Segala informasi apapun mudah untuk diakses termasuk oleh anak kecil sekali pun. Hal ini bisa menyebabkan efek yang buruk bagi generasi muda termasuk di dalamnya anak yang masih megenyam pendidikan. arus informasi tersebut akan menjadi efek yang kurang baik bahkan buruk jika tidak ada peran serta dari semua pihak baik dari diri sendiri maupun masyarakat luas serta partisipasi pemerintahan.

Sebagi contoh adalah kasus Pornografi baik melalui media cetak maupun elektronik. Pornografi dengan bantuan alat teknologi misalnya VCD, intrnet, dan film merupakan suatu hal yang mudah didapatkan. Tanpa adanya filter dari diri sendiri dan lingkungan sekitarnya, dikhawtirkan hal ini bisa dikonsumsi oleh anak-anak. Jika hal ini berlanjut hingga pada waktu tertentu maka dikhawatirkan pula anak-anak akan memiliki kecanduan.

Kekhawatiran itu sudah terjawab menjadi hal yang mengerikan dengan adanya seks bebas di kalangan pelajar. Sebagai contoh adalah kasus yang terjadi di SMA 2 Cianjur pada tahun 2006. Ironisnya lagi kejadian ini dilakukan dengan gurunya. Sebagaimana yang tertulis di suatu surat kabar “Seorang guru menjadi sutradara sekaligus kameramen blue film dengan menghadirkan pemeran utama sebelas pasang anak muda berseragam abu-abu putih yang nota bene adalah siswanya”. (Republika, (25/11/2006).

VCD porno dikalangan anak-anak semakin marak. Rental-rental VCD yang berbau porno pun banyak. Sebagai contoh kasus yang terjadi di Jombang. Parahnya lagi rentalan ini tidak hanya meneyewakan kaset VCD tetapil meyediakan tempat untuk perbuatan yang tidak asusila itu. Sebagai mana yang ditulis di situs okezone.com. Ironisnya lagi ada satu pasagan yang berada di kamar itu yang merupakan pelajar. Satu lagi kasus yang terjadi di Jembar, sebagaimana yang dilaporkan di Koran tempo (1/09/2004 ) seorang kakak yang tega meperkosa adiknya sendiri. Hal itu dilakukannya setelah ia menonton VCD porno.

Dari gambaran tersebut, penulis berkesimpulan bahwa kasus pornografi (VCD porno, situs porno) telah marak di kalangan pelajar. Hal ini perlu mendapatkan tanggapan yang serius dari berbagai pihak; orang tua, masyarakat, serta pemerintah guna menaggulangi hal ini dan mengarahkan pelajar pada hal positif. Termasuk di dalamnya adalah konselor yang bertugas memberikan bantuan sekaligus pencegahan (kuratif) dan penjagaan (prefentif) terhadap pelajar dari bahaya pornografi.

1.2 Rumusan masalah

Dari permasalahan yang ada pada latar belakang diatas, maka perlu adanya rumusan masalah agar pembahasannya lebih fokus. Adapu rumusan masalahnya yaitu:

1. Apakah yang dimaksud dengan pornografi?

2. Teori atau pendekatan apa yang digunakan dalam konseling yang berkenaan dengan pornografi?

3. Bagaimana Langkah-langkah metode yang dilakukan dalam konseling yang berkenaan dengan pornografi?

4. Bagaimana solusi untuk menanggulangi kasus pornografi tersebut?

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN PORNOGRAFI

Asvi warman adam menuliskan bahwa di dalam kamus besar bahasa indonesia (1988), porno sama dengan cabul. pornografi adalah 'penggambaran tingkah laku secara erotis dengan lukisan atau tulisan untuk membangkitkan nafsu berahi'. definisi yang lain adalah 'bahan yang dirancang dengan sengaja dan semata-mata untuk membangkitkan nafsu birahi dalam seks'.

Dari pengertian tersebut maka jelaslah bahwa segala sesuatu yang digunakan untuk membangkitkan nafsu birahi, maka itu disebut dengan pornogarfi. VCD, film, gambar-gambar yang memuat nuansa itu, baik media cetak maupun elektronok, seperti Koran dan internet maka itu bisa dikategorikan sebagai pornografi.

2.2 LANGKAH KONSELING

2.2.1 Identifikasi maslah

Masalah yang diangkat pada tuliisan ini adalah masalah blue film

2.2.2 Pengumpulan data

Untuk mendapatkan data dari klien maka kami menggunakan metode studi kasus yang terdiri dari metode angket yang berisi pertanyaan-pertanyaa yang dibutuhkan terkait dengan penanggulangan masalah blue film. Sebagai tindak lanjut dari metode tersebut, bagi yang berkonsultasi langsung dengan konselor maka metode yang digunakan adalah dengan menggunakan metode interview.

2.2.3 Langkah prognosis

Masalah yang sedang dihadapi klien adalah masalah yang berhubungan dengan blue film yang mencakup di dalamnya kecanduan terhadapnya. Penyebab timbulnya kecanduan klien terhadap blue film adalah lingkungan. Munculnya kecanduan pada blue fil dilator belakangi oleh pengaruh dari temannya yang sering menonton blue film. Secara tidak disadari hal ini berlangsung lama dan akhirnya menjadi sebuah kebiasaan dan menjadi prilaku.

2.2.4 Penentuan Jenis konseling

Jenis konseling yang dipakai dalam penanggulangan masalah ini adalah konseling behavior dan konseling keluarga.

A. Konseling Behavior

Menurut teori teori behaviorisme tingkah laku seseorang dipengaruhi oleh lingkungan. Baik buruknya tingkah laku adalah terjadi karena adanya stimulus dan respon. Respon akan semakin kuat jika adanya reward. Begitu pula respon akan melemah jika adanya punishment. Teori ini bisa dikaitkan dengan kasus pornografi pada anak-anak.

Kasus pornografi pada anak-anak akan berdampak negative yakni adanya kecanduan atau zat adiktif bagi anak-anak. Menurut hukum law of exercise yang dikemukakan oleh Thorndike bahwa makin banyaknya stimulus respon dipraktekan atau digunakan maka hubungan stimulus respon makin kuat. Kalau dianalogikan maka film porno adalah stimulus dan responnya adalah prilaku anak-anak setelah menonton film tersebut.

Jika ditarik sebuah kesimpulan dari analogi tersebut, maka tindakan negative berupa tindakan asusila akan semakin kuat, semakin menjamur dan mengakar karena adanya efek dari tontonan itu. Sedangkan telah diketahui bahwa film porno itu sendiri merupakan hal yang negative untuk ditonton oleh anak-anak karena mereka memilki daya khayal yang tinggi dan belum memilki filter yang kuat untuk membendung hal itu.

Satu hal yang dapat memperkuat ingatan itu adalah karena blue film merupakan media audio visual yang menitik beratkan pada penglihatan dan pendengaran. Menurut Bobbi DePorte dalam buku quantum teaching yang mengutip perkataan Dr. Venon A. magnesen menyatakan bahwa kita belajar itu terdiri dari : 10 persen dari apa yang dibaca, 20 persen dari apa yang didengar, 30 persen dari apa yang dilihat, 50 persen dari apa yang dilihat dan didengar, 70 persen dari apa yang dikatakan dan 90 persen dari apa yang dikatakan dan dilakukan.

Dari teori yang telah dikemukakan dalam buku quantum teaching itu, setidaknya 50 persen dari apa yang telah ditonton itu akan semakin kuat apalagi kalau dilakukan dalam jangka waktu yang lama. Hal ini juga didukung oleh perkataan confhucu yang mengatakan when I see I remember. (Ketika aku melihat maka aku teringat). Hujair sanaky dalam bukunya media pengajaran mengatakan bahwa gambar atau photo (baik yang gerak maupun yang mati) akan lebih memberikan kesan.

Sebagai contoh yang kongkrit betapa kuatnya magnet pornografi tersebut di kalangan pelajar adalah kasus yang terjadi di Jembar, sebagaimana yang dilaporkan di Koran tempo (1/09/2004) seorang kakak yang tega meperkosa adiknya sendiri. Hal itu dilakukannya setelah ia menonton VCD porno. Berdasarkan kejadian ini juga, maka terjadilah apa yang disebut dengan imitasi atau peniruan.

Latipun, dalam bukunya psikologi konseling, mengungkapkan perkataan bandura yang mengatakan bahwa prilaku dapat dibentuk melalui observasi model secara langsung yang disebut dengan imitasi dan melalui pengamatan tidak langsung yang disebut dengan vicarious conditioning. Prilaku manusia dapat terjadi dengan mencontoh prilaku di lingkungannya. Baik mencontoh prilaku secara landgsung maupun tidak langsung (vicarious).

1. Penerapan konseling behavior dalam proses konseling

Anak-anak yang menonton film porno merupakan suatu tindakan atau prilaku. Karena objek yang diteliti merupakan tindakan prilaku, maka lebih tepat menggunakan teori behavior karena teori ini menekankan pada aspek prilaku, termasuk juga dalam proses konseling. Teori ini menjadi mantap untuk diterapkan ke prilaku manusia setelah behaviorisme yang dipelopori oleh psikolog amerika yang bernama J.B Watson.

Ia melakukan riset terhadap anak yang bernama Albert dan publikasi artiklnya “psychology as the behaiviorist views it. Publikasi yang dilakukan oleh Watson dan yang lainya secar sistematik mengembangkan dan dan menyempurnakan prinsip-prinsip behaiviorisme. Teori behaivorisme menjadi popular dan memberi inspirasi bagi upaya-upaya pengubahan prilaku, termasuk didalmnya melalui proses konseling.

2. Langkah-langkah konseling behavioral

1. Konselor memulai pembicaraan dengan klien dan memulai pembicaraan untuk menangkap masalh utama

2. Klien menyatakan masalah

3. Klien menceritakan maslah lain yang berhubungan dengan maslah utama

4. Konselor dank lien menyetujuai masalah mana yang akan terlebih dahulu diatasi

5. Klien setuju dengan tujuan konseling termasuk konsekuensi perubahan dan factor lain

6. Tindakan alternative disetujui oleh konselor dank lien

7. Klien menyediakan bukti bahwa dia menyadari konsekuensi setiap tindakan yang dipertimbangkan

8. Konselor dank lien meyetujui tindakan mana sub tujuan sebagai prasyarat mencapai tujuaan akhir

9. Konselor dan klien menyetuji tindakan pertama mana yang akan dilakukan

10. Konselor dank lien menyetujui terhadap evaluasi kemajuan pencapaian tujuan

11. Klien dan konselor memonitor kemajuan klien

12. Menyusun tujuan baru dikembangkan dan disetujui bersama

13. Klien dan konselor menerapkan perubahan dari belajar ke pemelihraan

14. Konselor dank lien menyetujui bahwa tujuan telah dicapai

15. Konselor membuktikan bahwa perubahan prilaku telah dipelihara tanpa konselor

Konseling behavioral memilki banyak teknik dalam merubah prilaku seseorang. teknik-teknik tersebut lebih dari tiga puluh teknik. namun pada tulisan ini hanya akan ditampilkan satu teknik saja sesuai dengan kebutuhan konseling, diantaranya adalah:

a. Pembentukan prilaku model:

Pembetukan ini dimaksudkan untuk membentuk prilaku baru pada klien. Dalam hal ini konselor menunjukan kepada klien tentang prilaku model, dapat digunakan sebagai audio, model fisik, model hidup, atau lainnya yang teramati dan dapat dipahami jenis prilaku yang hendak dicontoh. Prilaku yang hendak dicontoh memperoleh ganjaran dari konselor. Genjaran dapat berupa pujian sebagai ganjaran sosial.

Aplikasi langsung dari pembentukan model ini adalah klien diberi contoh yaitu orang yang anti dalam menonton film porno. Konselor menunjukan hal-hal yang positif baik tentang kesuksesan, prestasi akademik maupun hal positif lainnya yang dapat memotivasi klien untuk merubah diri. Karena reward dalam teori ini berpengaruh, maka perlu adanya reward baik bagi model maupun bagi klien jika ia mampu meniru model.

b. Latihan prilaku asertif

Latihan asertif digunakan untuk melatih individu yang mengalami kesulitan untuk menyatakan diri bahwa tindakannya benara dan layak. Latihan ini terutama berguna diantaranya untuk orang yang sulit mengatakan “tidak”. Misalnya ia diajak menonton film porno namun ia sulit mengatakan tidak. Biasanya latihan ini bisa diperaktekan dengan diskusi kelompok dengan tema sesuai dengan kebutuhan. Dengan demikian klien akan termotivasi untuk berpendapat.

B. Konseling keluarga

Maraknya pelajar menonton blue film dikarenakan kurangnya pengawasan dari keluarga itu sendiri. Maka keluarga memilki peran yang lebih dominan dalam membantu anaknya dalam proses konseling. Penulis mengambil kesimpulan bahwa dalam penggulangan kasus ini, Konseling keluarga dapat membantu.

Tahapan konseling keluarga secara garis besar dikemukakan oleh Crane (1995:231-232). Crane menggunakan pendekatan behavioral, yang disebutkan terdapat empat tahap secara berturut-turut sebagai berikut:

1. Orang tua membutuhkan untuk dididik dalam bentuk prilakunya-prilaku alternative. Hal ini dapat dilakukan dengan kombinasi tugas-tugas membaca dan sessi pengajaran. Orang tua diberi pemahaman tentang bagaimana dampak buruk psikologis anak yang akan diterima jika melihat tontonan yang belum pantas untuk dilihat seperti pornografi atau blue film.

2. Konselor menunjukan kepada orag tua bagaimana mengimplentasikan ide tersebut kepada anak-anak. Orang tua dapat menerapkan ide ini dengan cara membimbing dan memberiakan penejelasan kepada anak terkait hal blue film.

3. Orang tua menerapkannya di rumah. Konselor dapat melakukan pengamatan dan menanyakan kepada orang tua tentang prilaku anak.

2.3 Solusi

Disamping solusi yang telah termuat dalam berbagai pendekatan baik pendekatan behavior maupun pendekatan keluarga, pendekatan agama juga dapat membantu dalam menanggulangi hal ini karena dalam agama mengajarkan tentang etika dan moral. Keterbukaan masyarakat dan partisipasi masyarakat serta pemerintah juga ikut membantu dalam proses penanggulangan maslah ini.

BAB III

KESIMPULAN

Penangulangan masalah blue film di kalangan pelajar memerlukan bantuan dari berbagai pihak, mulai dari keluarga sampai pada pemerintahan. Konselor sebagai pembantu pemecah masalah ini memilki peranan penting guna membebaskan pelajar dari bahaya pornografi dan blue film.

Konselor dapat membantu pelajar dari bahaya blue fil dengan cara mengadakan bimbingan dan konsultasi melalui pendekatan dan metode tertentu. Diantara metode dan pendekatan itu adalah metode angket dan interview juga metode lain yang tidak disebutkan dalam tulisan ini. Disamping itu juga konselor dapat menggunakan pendekatan behavioral dan konseling keluarga dalam penaggulangan masalah ini.

Daftar pustaka

Dalyono, M. 2007. Psikologi pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.

DePorter, Bobbi, dkk.1990. Quantum teaching, memperaktekan quantum learning di ruang kelas. Terj. Bandung: Kaifa

Sanaky, hujair.2007. Modul Psikologi belajartarbiyah FIAI UII. Yogyakarta

Latipun. 2008. psikologi konseling. Malang: UMM PRESS

www.kompas.com

www.okezone.com

 
Untuk tampilan terbaik blog ini gunakan Mozilla Firefox Green Template is proudly powered by Blogger.com | Template by Amatullah | Template Design